MySpace Graphics
MySpace Graphics
MySpace Graphics
MySpace Graphics
MySpace Graphics
MySpace Graphics

BAND DRIVE

Sejarah bermusik Drive Band hingga musik-musiknya berhasil diterima pasar, tidak lepas dari arahan 'tangan dingin' Piyu Padi. Namun di album KITA UNTUK SELAMANYA, yang dirilis di Hard Rock Cafe, Jl. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (06/11) itu, Drive tidak lagi memberi tempat pada gitaris grup musik Padi itu secara dominan. Apakah ini awal dari sebuah konflik?

"Dia itu sosok yang paling penting dalam tema album ini. Kami sering berdiskusi, kasih masukan, mana lagu yang asyik atau nggak. Mungkin dari luarnya aja kita kelihatan bermasalah, padahal cuman salah paham sedikit," ungkap vokalis Drive, Anji.

"Dan kita juga nggak keluar dari labelnya mas Piyu. Di sini tidak ada kata ditinggal atau meninggalkan," tambahnya.

Langkah yang diambil Drive merupakan usaha untuk mengembangkan kemandirian, dan bukan bermaksud menghilangkan Piyu. Bagi Drive, Piyu tidak mungkin hilang dari Drive, karena perjalanan sejarah telah cukup menjadi saksi perannya membesarkan band yang terdiri dari Erdian Aji Prihartono, Adi Sukarno Suryo, Ilhamsyah Dyego dan Budi Raharjo.

"Di sini kita belajar untuk berdiri sendiri seperti yang dilakukan Piyu dengan bandnya. Semuanya baik-baik aja. Tak ada maksud untuk menghilangkan mas Piyu," terang Anji.

"Kita memang tidak bisa menghilangkan bayangan mas Piyu. Dia itu sosok figur yang sangat kuat. Kalau kita tampil di mana pun, pasti fans-fans kita nanya mas Piyu-nya mana. Pertanyaan itu selalu muncul," pungkasnya. (kpl/ang/dar)

FIVE MINUTE

Five Minutes adalah sebuah band pop rock yang berasal dari Kota Kembang Bandung berdiri tahun 1994. Kini, Five Minutes digawangi oleh Ricky Tjahyadi (keyboard), Richie Setiawan (vokal), Drie Warnanta (bass), Roelhilman (gitar), dan Aria Yudhistira (drum).

FORMASI AWAL
Drie dan Ricky bertemu di awal tahun 1990-an dan sempat membentuk band yang tampil di sejumlah kafe. Namun band ini hanya bertahan selama 2 tahun. Mereka kemudian membentuk Five Minutes bersama Sonny (gitaris) dan Sanny (vokalis) di tahun 1994 untuk mengikuti Fetival Band Se-Jabar DKI di Bandung. Dalam ajang tersebut mereka berhasil menjadi juara 1 dari 102 peserta. Tak lama, mereka pun masuk dapur rekaman. Album perdana mereka bertajuk Five Minutes (1996), yang diikuti oleh Five Minutes 2 (1997), Ouw! (2002), Sekat (2003), dan The Best +5 (2004). Penampilan yang unik dengan mengenakan sarung di panggung, menjadi salah satu daya tarik mereka.

FORMASI BARU
Setelah album The Best, Sanny sang vokalis dan Sonny (gitaris) mengundurkan diri. Ricky dan Drie pun berburu personel baru. Akhirnya Richie (vokal), Roelhilman (gitar), dan Aria Yudhistira (drum) melengkapi formasi Five Minutes yang baru. Pada bulan Juni 2007, mereka merilis album baru bertajuk Rockmantic. Mereka pun menanggalkan sarung yang selama ini lekat sebagai image mereka.
Sejarah bermusik Drive Band hingga musik-musiknya berhasil diterima pasar, tidak lepas dari arahan 'tangan dingin' Piyu Padi. Namun di album KITA UNTUK SELAMANYA, yang dirilis di Hard Rock Cafe, Jl. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (06/11) itu, Drive tidak lagi memberi tempat pada gitaris grup musik Padi itu secara dominan. Apakah ini awal dari sebuah konflik? "Dia itu sosok yang paling penting dalam tema album ini. Kami sering berdiskusi, kasih masukan, mana lagu yang asyik atau nggak. Mungkin dari luarnya aja kita kelihatan bermasalah, padahal cuman salah paham sedikit," ungkap vokalis Drive, Anji. "Dan kita juga nggak keluar dari labelnya mas Piyu. Di sini tidak ada kata ditinggal atau meninggalkan," tambahnya. Langkah yang diambil Drive merupakan usaha untuk mengembangkan kemandirian, dan bukan bermaksud menghilangkan Piyu. Bagi Drive, Piyu tidak mungkin hilang dari Drive, karena perjalanan sejarah telah cukup menjadi saksi perannya membesarkan band yang terdiri dari Erdian Aji Prihartono, Adi Sukarno Suryo, Ilhamsyah Dyego dan Budi Raharjo. "Di sini kita belajar untuk berdiri sendiri seperti yang dilakukan Piyu dengan bandnya. Semuanya baik-baik aja. Tak ada maksud untuk menghilangkan mas Piyu," terang Anji. "Kita memang tidak bisa menghilangkan bayangan mas Piyu. Dia itu sosok figur yang sangat kuat. Kalau kita tampil di mana pun, pasti fans-fans kita nanya mas Piyu-nya mana. Pertanyaan itu selalu muncul," pungkasnya. (kpl/ang/dar)

SEJARAH BATIK DI INDONESIA

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

Jaman MajapahitBatik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.


  • Sejarah Batik Pekalongan

Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.


  • Batik Pekalongan, antara Masa Lampau dan Kini

BATIK pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.

Akibatnya, batik pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan.

Meskipun demikian, sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia, usaha batik pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnam, menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih modern.

Gagal melewati masa transisi ini, batik pekalongan mungkin hanya akan dikenang generasi mendatang lewat buku sejarah.

Ketika itu, pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Saat berlangsung masa tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun, di antara masa tanam dan masa panen, mereka bekerja sepenuhnya sebagai tukang batik.

ZAMAN telah berubah. Pekerja batik di Pekalongan kini tidak lagi didominasi petani. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah. Hidup mereka mungkin sepenuhnya bergantung pada pekerjaan membatik.

Apa yang dihadapi industri batik pekalongan saat ini mungkin adalah sama dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonesia, terutama yang berbasis pada pengusaha kecil dan menengah.

Persoalan itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Padahal, kualitas produk yang dihasikan negara pesaing lebih baik dibanding produk pengusaha Indonesia.

Penyebab persoalan ini bermacam-macam, mulai dari rendahnya produktivitas dan keterampilan pekerja, kurangnya inisiatif pengusaha untuk melakukan inovasi produk, hingga usangnya peralatan mesin pendukung proses produksi.

BEDUG BAGELEN

Mobil pribadi dan bus wisata dari luar kota di sebelah barat alun-alun Purworejo. Pemadangan itu yang acap kali terlihat di hari-hari biasa terlebih di hari-hari besar agama Islam. Di sana, tepat di serambi majid Agung Darul Muttaqin Purworejo, nampak Bedug Kiai Bagelen masih terlihat kokoh bergantung. Eksistensi Islam di kabupaten Purworejo cukup direkatkan dengan berbagai peninggalan benda-benda sejarah termasuk Bedug Kiai Bagelen yang masuk dalam periode perjalanan syiar-syiar Islam abad XIX. Alat penanda wakut sholat yang konon terbesar di dunia itu ternyata mengandung sisi historis yang membentuk rentetan perjalanan syiar Islam di Purworejo.
Bedug Kiai Bagelen pada dasarnya diciptakan sebagai alat penanda sholat. Konon, pada saat pemerintah Hindia Belanda telah mengangkat Kanjeng Raden Tumenggung Cokronegoro I sebagai Bupati di wilayah Tanah Bagelen Pasca perang Diponegoro (1825–1830). Prosesi itu juga diikuti dengan pengangkatan patih (pembantu Bupati) yaitu Raden Cokrojoyo.
Salah satu bukti sejarah yang ditinggalkan yakni prasasti berbentuk tulisan yang tertempel di atas pintu utama Masjid. Pembangunan masjid dilakukan oleh Cokronegoro I yang saat itu menjabat sebagai Bupati yang memeluk agama Islam.
Masjid Agung Darul Muttaqin berdiri di atas tanah wakaf seluas 70 x 80 meter persegi.
Masjid tersebut berukuran 21 x 22 meter persegi dan berdiri tepat di sebelah barat alun-alun Purworejo. Bangunan masjid juga tedapat bangunan gandok berukuran kurang lebih 10 x 21 meter persegi sayap kanan dan kirinya.
Sebagai salah satu saran pelengkap Masjid, Cokronegoro I membuat sebuah bedug istimewa untuk tanda pengingat dan tetenger (peringatan bagi masyarakat di kemudian hari). Cokronegoro I bermusyawarah, ketika itu bersama Mas Tumenggung Prawironegoro Wedana Bragolan (adik kandung Bupati Cokro I).
Ide pembuatan bedug dimunculkan dan dijalankan. Bahan baku bendug dibuat dari bongkotpohon Jati (pangkal pohon Jati) berumur ratusan tahun yang diambil di Dusun Pendowo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo.
Tradisi lisan mengatakan bahwa pohon Jati yang digunakan untuk membuat bedug mempunyai cabang lima, dengan ukuran yang cukup besar dan tidak cukup untuk dirangkul tiga orang sekaligus.
Lebih jelasnya, jika anda menyempatkan diri untuk mampir sholat di masjid Agung, maka akan ditemui data yang cukup lengkap di samping bedug. Diantaranya panjang bedug 292 cm, garis tengah depan 194 cm, garis tengah belakang 180 cm, keliling bagian depan 601 cm dan keliling bagian belakang 564 cm.
Lulang atau kulit diambilkan dari kulit Banteng, pasalnya diameter bedug begitu besar. Jumlah paku untuk merekatkan kulit di bagian depan sebanyak 120 paku, sementara paku di bagian belakang berjumlah 98 buah.
Menurut Ulama Desa Jenar Kidul, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, M Djalal Sujuti, bedug itu diberi nama Kyai Bagelen atau Bedug Pendowo. Selama keberdaannya pernah mengalami penggantian lulang (kulit penutup bedug) tepat pada usia 102 tahun yakni tanggal 3 mei 1936.
"Kulit Banteng bagian belakang rusak dimakan usia. Karena banteng waktu itu sudah susah didapatkan, kemudian digganti dengan kulit sapi pemacek dari Desa Winong kecamatan Kemiri Purworejo," katanya.
Nilai historis bedug ini tidak berhenti di situ. Sumber lisan yang berhasil dihimpun menyatakan bahwa proses pemindahan pohon menjadi bedug juga menyisakan kisah yang menarik.
Bedug Kyai Bagelen dibuat di Dusun Pendowo (Jenar) dan setelah jadi baru dipindah ke Kota Purworejo. Sementara Jarak Pendowo dan kota sekitar 9 kilometer. dengan kondisi waktu itu jalan sangat sukar untuk dilalui.
Proses pemindahan menuju Kyai Haji Muhammad Irsyad (Kaum di Desa Solotiyang Kecamatan Loano) oleh Cokronegoro I. Caranya dengan mengangkut secara beramai-ramai dengan diiringi bunyi gamelan lengkap dengan penari Tayub yang telah di perisiapkan di setiap pos pemberhentian.
Bedug Kyai Bagelen tiba di Masjid Agung Kabupaten Purworejo dan hingga sekarang Bedug Kyai Bagelen tergantung kokoh ditempatnya. Bedug Bagelen yang syarat akan nilai hitoris pun selalu terdengar gaungnya tidak hanya sebagai penanda sholat tetapi juga sebagai bunyi syiar Islam di Kabupaten Purworejo.
Jika Anda ingin mendengarkan suara bedug ini, silahkan Anda datang setiap hari Jum’at atau hari-hari besar Islam. Pasalnya, Bedug Kiai Bagelen hanya akan dibunyikan setiap hari Jum’at dan hari-hari besar Islam saja.

Tuesday, February 23, 2010

PURWOREJO

Kabupaten Purworejo , Sejarah
February 14, 2008 · Print Artikel Ini

Sejak jaman dahulu wilayah Kabupaten Purworejo lebih dikenal sebagai wilayah Tanah Bagelen. Kawasan yang sangat disegani oleh wilayah lain, karena dalam sejarah mencatat sejumlah tokoh. Misalnya dalam pengembangan agama islam di Jawa Tengah Selatan, tokoh Sunan Geseng dikenal sebagai muballigh besar yang meng-Islam-kan wilayah dari timur sungai Lukola dan pengaruhnya sampai ke daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang.
Dalam pembentukan kerajaan Mataram Islam, para Kenthol Bagelen adalah pasukan andalan dari Sutawijaya yang kemudian setelah bertahta bergelar Panembahan Senapati. Dalam sejarah tercatat bahwa Kenthol Bagelen sangat berperan dalam berbagai operasi militer sehingga nama Begelen sangat disegani.

Paska Perang Jawa, kawasan Kedu Selatan yang dikenal sebagai Tanah Bagelen dijadikn Karesidenan Bagelen dengan Ibukota di Purworejo, sebuah kota baru gabungan dari 2 kota kuno, Kedungkebo dan Brengkelan.

Dalam Perang Diponegoro abad ke XIX, wilayah Bagelen dijadikan karesidenan dan masuk dalam kekuasaan Hindia Belanda dengan ibukotanya Kota Purworejo. Wilayah karesidenan Bagelen dibagi menjadi beberapa kadipaten, antara lain kadipaten Semawung (Kutoarjo) dan Kadipaten Purworejo dipimpin oleh Bupati Pertama Raden Adipati Cokronegoro Pertama. Dalam perkembangannya, Kadipaten Semawung (Kutoarjo) kemudian digabung masuk wilayah Kadipaten Purworejo.

Dengan pertimbangan strategi jangka panjang, mulai 1 Agustus 1901, Karesienan Bagelen dihapus dan digabungkan pada karesidenan kedu. Kota Purworejo yang semula Ibu Kota Karesidenan Bagelen, statusnya menjadi Ibukota Kabupaten.

Tahun 1936, Gubernur Jenderal Hindia belanda merubah administrasi pemerintah di Kedu Selatan, Kabupaten Karanganyar dan Ambal digabungkan menjdi satu dengan kebumen dan menjadi Kabupaten kebumen. Sedangkan Kabupaten Kutoarjo juga digabungkan dengan Purworejo, ditambah sejumlah wilayah yang dahulu masuk administrasi Kabupaten Urut Sewu/Ledok menjadi Kabupaten Purworejo. Sedangkan kabupaten Ledok yang semula bernama Urut Sewu menjadi Kabupaten Wonosobo.

Dalam perkembangan sejarahnya Kabupaten Purworejo dikenal sebagai pelopor di bidang pendidikan dan dikenal sebagai wilayah yang menghasilkan tenaga kerja di bidang pendidikan, pertanian dan militer. Tokoh-tokoh yang muncul antara lain WR Supratman Komponis lagu Kebangsaan “Indonesia raya”. Jenderal Urip Sumoharjo, Jenderal A. Yani, Sarwo Edy Wibowo dan sebagainya.

Friday, February 19, 2010

CERPEN

Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang



Dua pengembara dan seekor beruang

Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka.

Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya.

Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.

Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.

Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.

"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"

"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."

Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.


Anjing dan Bayangannya




Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.

Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.

Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah

Tuesday, February 16, 2010

MySpace Graphics
MySpace Graphics
MySpace Graphics
a title="MySpace Graphics" href="http://1uo.net">MySpace Graphics
MySpace Graphics
MySpace Graphics
MySpace Graphics
MySpace Graphics
MySpace Graphics